Telaga Sono Tulakan Pacitan
Telaga Sono terletak di desa Kalikuning, kecamatan Tulakan, Pacitan. Telaga yang sangat indah dengan pemandangan pegunungan yang masih asri sambil menikmati udara pegunungan yang sangat sejuk, cocok untuk yang mempunyai hobi memancing. Konon air telaga ini tidak pernah kering walau musim kemarau.
Telaga Sono Tulakan
Telaga Sono juga merupakan image Desa Kalikuning yang terdapat di dusun Sono terletak di bagian barat desa. Awalnya telaga ini dulunya sebenarnya telogo Bedog yang berada di dusun Bedog karena para wali dulunya para wali ketika mau membuat membuat (mencetak) telaga di Bedog tapi ketahuan oleh gadis Bedog Supit (gadis yang di hindari para wali karena mengurangi kesaktian) yang sedang menyapu.
Wilyah tersebut berada di Bedog tepatnya di sebelah barat rumah kepala dusun (Mbah Sahrun). Sekarang di sana bekas telaga yang tidak jadi di buat teloga terdapat sumber yang besar dan situ ada batu yang sangat besar yang sebenarnya mau di buka oleh para wali. Batunya sampai sekarang masih ada di sekitar sungai. Akhirnya pindah ke Sono sekarang keberadaan telaga saat itu di pelihara oleh Mbah Jokerjo seorang yang bertinggal di dusun Sono, dia juga hanya makan klepon. Dahulunya airnya mengalir ke daerah timur dan ke barat. Namun sekarang mengalir ke sebelah barat saja.
Di sebelah selatan dusun Sono di sungai ada tetenger (makam) Mbah Jokerjo yang berupa cungkup, kayunya di makam di bakar oleh pemuda tidak mempan atau tidak membekas. Sekarang di sebelah selatan Kasun Sono yang sekarang ada tanah yang bentuknya oro oro dan di bawahnya terdapat batu yang besar dan di yakini batu tersebut bekas batu yang terdapat di Telaga yang di buka oleh wali sehingga membuat telaga tidak dapat di garap sebagai lahan pertanian.
Batu batuan tersebut merupakan batu bedah telaga baru dari telogo Sono yang di angkat untuk menahan agar tanahnya tidak longsor ke telaga. Pemeliharaan telaga oleh Mbah Jokerto untuk telaga ini dengan cara menebang pohon pohon di sebuah daerah cekungan untuk menutup rongga atau sela sela bukit. Ketika hujan turun yang lebat maka cekungan tersebut terisi air sampai penuh sampai sekarang. jika dulu ketika tidak ada bedah tologo yang di pelihara (wiyoro) Mbah Jokerjo mungkin tidak ada cerita di Sono tentang mengolah persawahan.
Air di telaga dari dulu sampai sekarang debit air dan luasnya tidak mengalami perubahan. Dulunya terdapat wangkong (tanah mengambang yang terdapat rumput di atasnya) itu tidak ada putusnya dari ujung satu ke ujung lain, bahkan ternak pun bisa naik di atas wangkong. Wangkong terbuat dari daun daun busuk dan dahan dahan serta akar akar walau giyang goyang yang tebalnya hampir 1 meter. Bahkan ada cerita wangkong di iris diris buat berlayar di tengah telaga. Bahkan dulunya bisa memancing ikannya. Bulan Agustus misalnya di pinggir telaga yang biasanya di buat sawah sehingga tergenang air. Air telaga tidak dapat di nikmati oleh masyarakat Sono tetapi di manfaatkan oleh desa yang berada di bawah telaga misalnya desa Gegeran. Telaga ini di kelilingi oleh 2 bukit yang sisi sebelah barat berbatu dan sebelah timur bertanah.
Menurut Mbah Sahrun bukit yang sebelah barat hampir semua bukitnya berbatu karena saat membuat telaga ini galian yang berwujud batu di letakkan di sebelah barat dan galian yang berwujud tanah di letakkan di sebelah timur. Sekarang masyarakat menyebut bukit yang berbatu dengan gunung tipis.